Beranda | Artikel
Kisah Harut dan Marut
Minggu, 7 Juli 2024

وَاتَّبَعُوْا مَا تَتْلُوا الشَّيٰطِيْنُ عَلٰى مُلْكِ سُلَيْمٰنَ ۚ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمٰنُ وَلٰكِنَّ الشَّيٰطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَآ اُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ ۗ وَمَا يُعَلِّمٰنِ مِنْ اَحَدٍ حَتّٰى يَقُوْلَآ اِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۗ فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهٖ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهٖ ۗ وَمَا هُمْ بِضَاۤرِّيْنَ بِهٖ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۗ وَلَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۗ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir». Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allâh. dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (Kitab Allâh) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.

Yahudi dan Ilmu Sihir

Allâh سبحانه وتعالى menceritakan kisah Hârut dan Mârut terkait sikap sebagian orang-orang Yahudi yang enggan menerima dakwah Rasûlullâh Muhammad ﷺ , padahal kedatangan Nabi terakhir ini sudah dijelaskan dalam kitab mereka yaitu kitab Taurat. Mereka tidak mengikuti kitab Taurat, mereka dustakan kabar-kabar dalam kitab mereka tentang kedatangan Nabi terakhir ini. Mereka campakkan kitab Allâh itu ke balik punggung mereka. Mereka seperti orang-orang bodoh yang tidak mengerti hakikat kitab mereka sendiri.

Orang-orang Yahudi itu lebih memilih mengikuti ilmu sihir yang diajarkan syaithan dan mereka mengatakan Sulaiman bin Daud juga melakukan sihir. Mereka menganggap bahwa kerajaan dan kekuasaan yang dimiliki Sulaiman itu karena ilmu sihirnya.1 Kemudian Allâh سبحانه وتعالى membantah perkataan mereka dan mencela perbuatan mereka yang lebih memilih mengikuti dan mempelajari sihir daripada mengikuti kebenaran yang dibawa rasul-Nya, padahal mereka tahu bahayanya belajar sihir dan mereka tahu akan kenabian Muhammad ﷺ .

Orang-orang Yahudi mengikuti apa yang diceritakan syaitan kepada para tukang sihir tentang kerajaan Nabi Sulaiman. Padahal Nabi Sulaiman tidak kafir dan tidak pernah belajar sihir. Syaitan-syaitan itulah yang kafir kepada Allâh tatkala mereka mengajarkan sihir kepada manusia.

Orang-orang Yahudi itu juga mengikuti sihir yang diturunkan kepada dua malaikat yaitu Hârut dan Mârut, di negeri Babil di Iraq, sebagai bentuk ujian dan cobaan Allâh kepada para hamba-Nya. Kedua Malaikat tersebut tidak mengajari seorang pun kecuali setelah keduanya menasehatkan dan memberikan peringatan kepadanya tentang sihir. Kedua malaikat tersebut berkata, “Janganlah kamu kufur karena belajar sihir dan patuh kepada syaitan.” Namun ternyata ada orang-orang yang tidak mengindahkan nasehat dua malaikat itu. Mereka pun belajar sesuatu yang bisa menimbulkan kebencian antara suami dan istri sehingga keduanya bercerai.

Namun, sejatinya para tukang sihir itu tidak mampu memberikan mudharat kepada seorang pun dengan sihir mereka kecuali dengan izin Allâh سبحانه وتعالى . Apa yang dipelajari para tukang sihir itu tidak lain adalah keburukan dan kejahatan yang merugikan mereka sendiri, tidak mendatangkan manfaat atau keuntungan. Kemudian sihir itu diusung oleh syaitan kepada orang-orang Yahudi hingga menyebar di tengah-tengah mereka. Akhirnya, mereka lebih mengutamakannya daripada kitab Allâh سبحانه وتعالى .

Orang-orang Yahudi itu sebenarnya tahu bahwa orang yang memilih sihir dan meninggalkan kebenaran tidak akan memperoleh kebaikan di akhirat. Sungguh buruk tindakan mereka dengan membeli sihir dan kekufuran sebagai ganti dari iman serta ittiba Rasul.

SIAPAKAH HÂRUT DAN MÂRUT?

Zhahirnya ayat menyebutkan bahwa Hârut dan Mârut itu malaikat:

وَمَآ اُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ ۗ

Dan dengan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut. (QS. Al-Baqarah/2:102)

Qatadah dan Ibnu Syihab az-Zuhri رحمه الله menyebutkan, “Mereka adalah dua malaikat. Mereka turun ke dunia untuk menegakkan hukum di tengah manusia.”

Ibnu Zaid mengatakan, “Maksud ayat ini, syaitan-syaitan dan dua malaikat mengajarkan sihir kepada manusia.” Kemudian Abu Ja’far mengatakan, “ Orang-orang Yahudi mengikuti apa yang dibaca syaitan tentang kerajaan Sulaiman yang diturunkan kepada dua malaikat di Babil yaitu Hârut dan Mârut dan keduanya adalah malaikat Allâh.”2

Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa Allâh سبحانه وتعالى memilih dua malaikat, Hârut dan Mârut serta menurunkan keduanya di kota Babil, sebuah kota di Irak. Tampaknya, Allâh سبحانه وتعالى menurunkan keduanya ke kota Babil berkaitan dengan permasalahan sihir. Diketahui bahwa sihir kala itu banyak tersebar di Babil dan tersebarnya melalui orang-orang Yahudi. Jadi, sihir mempunyai ikatan kuat dengan orang Yahudi karena mereka adalah umat yang paling banyak mempelajari dan menyebarkan ilmu sihir.

Hârut dan Mârut mengajarkan sihir dengan ijin Allâh سبحانه وتعالى untuk mengungkap hakekat sihir dan mengingatkan manusia dari sihir itu sendiri, bukan agar manusia belajar, berlatih dan melakukan sihir. Oleh karena itu, kedua malaikat itu tidak mengajarkan sihir kepada siapapun kecuali setelah mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami adalah ujian, maka janganlah kamu kufur!” Yaitu janganlah kalian melakukan sihir dan jangan memakainya karena kalian bisa kufur dengan sebab itu. Kemudian setelah Hârut dan Mârut selesai dari tugasnya di Babil, mereka kembali naik ke langit sebagai malaikat yang mulia, sebagaimana ketika mereka turun dari langit dalam keadaan sebagai malaikat yang mulia.

Adapun kisah yang beredar tentang Hârut dan Mârut bahwa mereka adalah malaikat yang dihukum oleh Allâh سبحانه وتعالى karena mereka melakukan zina, mabuk dan membunuh, maka ini adalah kisah dari Israiliyat yang tidak boleh diyakini.

Demikian juga kisah tentang kedua malaikat Hârut dan Mârut yang diturunkan ke bumi untuk diuji. Dikatakan bahwa dahulu para malaikat memperolok-olok dan merasa keheranan dengan tingkah laku umat manusia. Lalu Allâh سبحانه وتعالى membuktikan bahwa ulah manusia itu tidak ada yang perlu diherankan, sebab mereka hidup dibekali dengan hawa nafsu. Dan untuk membuktikan itu, Allâh سبحانه وتعالى meminta agar para malaikat memilih dua malaikat yang hendak diuji dengan diberi hawa nafsu. Mereka pun memilih Hârut dan Mârut, dua malaikat yang paling rajin dan paling bertakwa. Saat keduanya telah diberi hawa nafsu, dan diturunkan di muka bumi, keduanya membuat kerusakan seperti yang dilakukan oleh manusia.

Namun kisah-kisah ini tidak benar. Kisah-kisah ini bersumber dari Bani Israil (Israiliyat) sehingga tidak layak untuk diambil. Ibnu Katsir رحمه الله mengatakan, “Sumber hadits ini kembali kepada penukilan Ka’ab al-Ahbar yang dia nukilkan dari kitab-kitab Bani Israil. Wallâhu a’lam.”3

Beliau رحمه الله juga mengatakan setelah membawakan beberapa riwayat tentang kisah Hârut dan Mârut ini, “Kesimpulannya, (kisah-kisah ini) apabila dirinci kembali kepada kabar-kabar Bani Israil , karena tidak ada hadits marfu’ yang shahih serta tersambung sanadnya sampai kepada Rasûlullâh ash-shâdiqul mashdûq lagi ma’shum dan tidak berbicara dari hawa nafsunya, dan zhahir ayat al-Qur’an menjelaskan kisah ini secara umum, tidak menceritakan dan menjelaskan dengan rinci dan panjang lebar. Jadi, kita beriman dengan apa yang datang dari al-Qur’an atas apa yang diinginkan Allâh dan hanya Allâh lah yang paling tahu tentang hakekat yang sebenarnya.”4

Dan para Ulama muhaqqiqin telah menolak, mengingkari dan menjelaskan kebatilan kisah-kisah Israiliyat ini dari segi sanad dan maknanya.

Maka, kalau kita ingin mengetahui kisah Hârut dan Mârut, maka hendaklah kita mencukupkan diri dengan penjelasan dari al-Qur’an.

MENGAPA HÂRUT DAN MÂRUT MENGAJARKAN SIHIR?

Mungkin muncul pertanyaan di benak kita, ‘Bagaimana mungkin malaikat mengajarkan sihir?’ padahal Allâh سبحانه وتعالى telah menjelaskan sifat mereka:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

dan (mereka para malaikat) tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrîm/66:6)

Jawabnya adalah dua malaikat Hârut dan Mârut tidak sedang bermaksiat kepada Rabbnya, termasuk dalam masalah ini. Karena mereka turun ke kota Babil atas perintah Allâh, dan keduanya mengajarkan manusia tentang sihir agar manusia bisa membedakan antara sihir perbuatan syaitan dengan mukjizat para nabi. Oleh karena itu, keduanya mengatakan kepada manusia, menasehati mereka “Sesungguhnya kami adalah ujian, maka janganlah kamu kufur”. Allâh سبحانه وتعالى berfi rman:

وَمَا يُعَلِّمٰنِ مِنْ اَحَدٍ حَتّٰى يَقُوْلَآ اِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۗ

Mereka berdua tidaklah mengajarkan (sihir) kepada seseorang kecuali berkata: ‘ini adalah fitnah, jangan engkau kufur’. (QS. Al-Baqarah/2:102)

Allâh سبحانه وتعالى menurunkan Hârut dan Mârut sebagai cobaan dan ujian, karena Allâh سبحانه وتعالى menguji hamba-Nya dengan apa yang Allâh kehendaki, dan tidak ada yang bisa menghalangi kehendak[1]Nya. Allâh سبحانه وتعالى menguji penduduk Babil dengan Hârut dan Mârut, sebagaimana Allâh سبحانه وتعالى juga menguji orang Yahudi dengan ikan yang datang kepada mereka di hari ibadah mereka dan ikan tidak datang di hari yang lainnya. Allâh سبحانه وتعالى juga menguji kaum Muslimin yang sedang mengerjakan ihram dengan melepaskan binatang-binatang buruan, hingga mudah ditangkap. Sebagaimana Allâh سبحانه وتعالى berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَيَبْلُوَنَّكُمُ اللّٰهُ بِشَيْءٍ مِّنَ الصَّيْدِ تَنَالُهٗٓ اَيْدِيْكُمْ وَرِمَاحُكُمْ لِيَعْلَمَ اللّٰهُ مَنْ يَّخَافُهٗ بِالْغَيْبِۚ فَمَنِ اعْتَدٰى بَعْدَ ذٰلِكَ فَلَهٗ عَذَابٌ اَلِيْمٌ

Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya Allâh akan menguji kamu dengan sesuatu dari binatang buruan yang mudah didapat oleh tangan dan tombakmu, supaya Allâh mengetahui orang yang takut kepada-Nya, biarpun ia tidak dapat melihat-Nya. Barangsiapa melanggar batas sesudah itu, maka baginya azab yang pedih. (QS. Al-Mâidah/5:94)

Allâh سبحانه وتعالى juga menguji pasukan Thalut dengan sungai. Allâh سبحانه وتعالى berfirman:

فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوْتُ بِالْجُنُوْدِ قَالَ اِنَّ اللّٰهَ مُبْتَلِيْكُمْ بِنَهَرٍۚ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّيْۚ وَمَنْ لَّمْ يَطْعَمْهُ فَاِنَّهٗ مِنِّيْٓ اِلَّا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً ۢبِيَدِهٖ ۚ فَشَرِبُوْا مِنْهُ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْهُمْ ۗ

Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata, «Sesungguhnya Allâh akan menguji kamu dengan suatu sungai. Barangsiapa di antara kamu meminum airnya; maka ia bukanlah pengikutku. dan barangsiapa tidak meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku.» Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. (QS. Al-Baqarah/2:249)

Allâh سبحانه وتعالى juga telah menguji sebagian manusia dengan sebagian yang lainnya. Allâh سبحانه وتعالى berfirman:

 وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً ۗ اَتَصْبِرُوْنَۚ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيْرًا ࣖ ۔

Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. maukah kamu bersabar?; dan adalah Rabbmu Maha Melihat.(QS. Al-Furqan/25:20)

Dan Allâh سبحانه وتعالى berfirman:

الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ

(Dia) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,(QS. Al-Mulk/67:2)

Hârut dan Mârut turun ke Babil sebagai ujian untuk manusia. Siapa yang belajar sihir dan mengikuti nasehat mereka, dia bisa membedakan antara sihir dan mukjizat, dan dia akan menjauhi sihir dan tukang sihir, dia juga sukses menghadapi ujian. Sedangkan, orang yang belajar sihir dari keduanya, namun tidak mendengarkan nasehatnya bahkan menggunakan sihir untuk memisahkan antara seseorang dengan pasangannya atau untuk yang lainnya, maka dia pun gagal dalam menghadapi ujian itu.

Syaikh as Sa’di رحمه الله menjelaskan, “Demikian juga orang Yahudi biasa mempraktikan sihir yang dahulu diturunkan kepada dua malaikat yang ada di bumi, di negeri Babil, di Iraq. Kedua malaikat itu diberi ilmu sihir sebagai bentuk cobaan dan ujian dari Allâh bagi para hamba, lalu dua malaikat itu mengajarkan sihir kepada mereka ” 5

PELAJARAN DARI KISAH HÂRUT DAN MÂRUT 6
  1. Yahudi mempelajari sihir dari syaithan sebagaimana si Yahudi Labid bin al A’sham menyihir Rasûlullâh ﷺ . Dan sihir termasuk perbuatan syaitan. Yahudi belajar sihir sementara mereka tahu akan kerugian dan bahayanya.
  2. Syaitan mendatangkan sihir pada masa Nabi Sulaiman عليه السلام , namun Nabi Sulaiman tidak menyetujui dan tidak melakukan sihir karena jika dia menyetujui mereka berarti menyetujui kekafi ran mereka.
  3. Sesungguhnya belajar sihir adalah kekufuran, dan zhahirnya ayat menunjukkan bahwa kufurnya adalah kufur besar, bisa menyeret pelakunya keluar dari agama, karena hanya orang kafir yang tidak mendapat bagian kebaikan di akhirat kelak.
  4. Allâh سبحانه وتعالى terkadang memudahkan sebab-sebab maksiat sebagai ujian dan cobaan bagi manusia.
  5. Wajib memberi nasehat untuk manusia, walaupun mereka akan menolak nasehat itu.
  6. Termasuk sihir yang besar adalah memisahkan seseorang dari pasangannya karena itu adalah perkara yang disenangi syaitan.
  7. Sesungguhnya, suatu sebab walaupun sebab itu besar, dia tidak akan berpengaruh kecuali dengan ijin Allâh. Namun ini tidak berarti, kita meninggalkan sebab, karena pada asalnya sebab akan mendatangkan hasil dengan ijin Allâh سبحانه وتعالى .
  8. Isyarat akan keharusan kita bersandar hanya kepada Allâh saja, karena kita tahu segala sesuatu terjadi atas ijin Allâh, maka kita bersandar kepada-Nya dalam mendatangkan manfaat dan menghilangkan kemudharatan.
  9. Mempelajari sihir seluruhnya mendatangkan kejelekan, tidak ada manfaat dan kebaikannya sedikitpun. Allâh menegaskan akan bahayanya dan meniadakan manfaatnya.
  10. Menetapkan balasan sesuai dengan amalannya, karena orang kafir tidak menjadikan bagian bagi Allâh di dunia, maka mereka dijadikan oleh Allâh tidak mendapatkan bagian kebaikan di akhirat.
  11. Tercelanya orang-orang yahudi yang mereka lebih memilih perkara yang jelek untuk diri mereka sendiri.
  12. Orang yang berilmu dan bermanfaat ilmunya adalah yang menjauhi belajar ilmu yang justru akan memudharatkan dan tidak ada manfaatnya bagi mereka karena mereka tahu siapa yang melakukan sihir tidak akan mendapatkan kebaikan di akhirat kelak. Wallâhu a’lam. [ ]

Diadaptasi dari al-Furqân fî Qashâshil Qur’an; Syaikh Abu Islam Shalih bin Thaha Abdulwahid; hlm: 484-499; Maktabah al-Ghuraba’ Urdun. Dengan penambahan dan pengurangan dari redaksi.

  1. Lihat Taisir Karimir Rahman; Syaikh Nashir as-Sa’di,1/ 58 ; Jum’iyah Ihya at-Turats
  2. Tafsir Ath Thabari, 1/521; Jum’iyah Ihya at-Turats
  3. Tafsir Ibnu Katsir 1/184; Jum’iyah Ihya at-Turats
  4. Tafsir Ibnu Katsir 1/184; Jum’iyah Ihya at-Turats
  5. Taisir karimir rahman; Syaih As Sa’di,1/ 58 ; Jum’iyah Ihya at-Turats
  6. lihat Tafsir al-Qur’an al-Karim; Syaikh Ibnu Utsaimin surat al-Baqarah 102; 1/331-334; Dar Ibn

Majalah As-Sunnah EDISI 05/TAHUN. XXIII/MUHARRAM 1441H/SEPTEMBER 2019M


Artikel asli: https://majalahassunnah.net/qashashul-quran/kisah-harut-dan-marut/